ramuslim - Siapa sih orang yang dalam hidup ini tidak punya cita-cita, keinginan, harapan dan impian yang ingin di raih? Apakah ada dalam kehidupan ini orang yang tidak punya harapan tentang suatu hal?
Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam hidup di dunia ini setiap orang pastilah mempunyai cita-cita, impian dan harapan akan terkabulnya suatu keinginan. Keinginan individu yang satu dengan yang lain tidak bisa disamakan, karena banyak faktor personal yang mempengaruhinya. Seringkali tujuan hidup kita diarahkan oleh seperangkat keinginan tersebut. Beberapa aktivitas yang kita lakukan selalu berkaitan dan dalam rangka mewujudkan keinginan yang melekat erat dalam benak setiap manusia.
Tapi jangan dikira keinginan tersebut tidak berkembang. Keinginan kita ketika masih TK mungkin hanya berkisar pada terbelinya beberapa ‘mainan’ yang dapat memuaskan aktivitas bermain. Tetapi lihatlah, ketika kita duduk di bangku SMA, apakah keinginan kita tetap pada ‘sekadar’ terbelinya beberapa ‘mainan’ tersebut? Tentu saja tidak. Keinginan kita tentu saja sudah berkembang, misalnya menjadi siswa yang berprestasi, masuk dalam sekolah favorit, menjadi ‘bunga’ sekolah, dan masih banyak keinginan yang lain. Seiring dengan perjalanan waktu, keinginan tersebut terlewati, ada yang tercapai dan ada yang tidak. Dan apakah ketika kita sudah memasuki dunia kerja, keinginan kita masih sama?
Adakah di dunia ini orang yang berjalan tanpa ada tujuan yang jelas? Tanpa ada keinginan yang ingin dicapai? Tanpa ada harapan akan terkabulnya suatu hal? Jawabnya, ada. Kalau boleh saya perinci, pertama jelas orang yang sakit jiwa alias tidak normal. Kedua, orang yang putus asa. Ketiga, orang yang masih bingung ke mana akan diarahkan diri dan kehidupannya, yaitu orang yang tidak tahu alasan keberadaannya di dunia ini.
Saya pernah berada dalam suatu kondisi di mana terdapat perbedaan kontras aktivitas yang dilakukan dalam satu komunitas. Sebagian dari komunitas tersebut sangat aktif dan selalu berkreasi, singkatnya tidak pernah diam. Namun ada juga sebagian orang dalam satu komunitas tersebut yang hanya menggunakan waktunya untuk sesuatu yang mubah seperti berbicara panjang lebar tanpa manfaat yang jelas.
Pada awalnya saya sempat bingung. Terus terang memang saya tergolong orang yang tidak bisa diam. Maka akhirnya tergabunglah saya dalam satu bagian komunitas tersebut. Melakukan berbagai pekerjaan yang insyaAllah bisa menambah ilmu. Bahkan di saat saya merasa kebingungan mengatur waktu, masih ada sebagian orang yang tiap hari luntang-lantung hanya mengobrol ke sana ke mari tanpa ada hasil nyata dari aktivitas kesehariannya tersebut.
Saya termenung.
Ya Allah betapa Engkau melimpahkan rahmat dan karunia yang tak terkira kepadaku. Bahkan suatu saat di mana saya sedang ‘bete’, seorang teman menasehati, “Jadikan semua aktivitas ini sebagai ibadah. Jangan terbebani dengan hal-hal besar. Cobalah jalani dan kerjakan dengan maksimal apa yang ada sekarang ini.”
Dalam Adz-Dzariyat 56 Allah berfirman, "Wama kholaqtul jinna wal insa illa liya’buduun""Dan tidak Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaku”. Sehingga sudah jelas bahwa kita memang diciptakan hanya untuk beribadah kepada Allah.
Jadi, bagaimanakah wujud ibadah kita? Apakah ‘cukup’ hanya dengan melaksanakan ibadah mahdhoh semata? Apakah kita menutup mata pada ibadah yang sifatnya muamalah? Setiap aktivitas yang kita niatkan lurus untuk Allah, dengan jalan yang benar maka bisa termasuk dalam ibadah. Kemudian apa kaitannya dengan keinginan dan harapan? Ternyata tujuan hidup manusia sangat terkait erat dengan keinginan dan harapan.
Jika dikembalikan pada ad dzariyat 56, maka sudah selayaknya kita melakukan ‘seleksi’ pada keinginan dan harapan kita. Kembali kita kaitkan dengan tujuan Allah menciptakan kita di dunia ini. Sekali lagi, untuk beribadah kepada-Nya. Apakah kemudian keinginan dan harapan kita akan terkukung dalam satu batasan maya? Apakah masih mungkin bagi kita untuk mempunyai keinginan besar?
Sangat mungkin. Karena dalam pencapaian suatu keinginan terkandung 2 hal : ikhtiar dan doa. Jadi, tidak ada alasan bagi kita ragu untuk mempunyai suatu keinginan besar. Hanya masalahnya, sudahkah kita mengukur diri, mencoba mengaitkan antara keinginan ‘besar’ kita dengan usaha yang telah dan ‘sedang’ kita lakukan? Termasuk di dalamnya apakah aktivitas (maupun pekerjaan) yang sedang kita lakukan sekarang ini dalam rangka untuk mencapai sesuatu yang ‘besar’ tersebut? Satu hal yang perlu diingat. Manusia diberi kesempatan oleh Allah untuk berusaha dan berdoa. Tetapi hasil akhir ada di tangan Allah. Kita harus ber-tawakkal pada semua ketentuan Allah.
Saya pikir memang benar, penyebab utama ‘bete’ yang saya alami adalah karena saya terlalu memaksakan diri dan kurang menikmati aktivitas keseharian. Sejak saat itulah ada yang berubah dalam paradigma berpikir saya. Bahwa dalam hidup ini kita harus mempunyai tujuan yang jelas. Tujuan tersebut harus kita wujudkan mulai dari pekerjaan yang kecil. Bukankah pekerjaan kecil jika dikumpulkan akan menjadi suatu pekerjaan besar? Dan secara logis dapat diterima bahwa untuk mencapai sesuatu yang besar kita harus mulai dari pekerjaan yang kecil.
Dan tahukah apa pekerjaan besar yang saya rencanakan dalam hidup ini? Menjadikan setiap aktivitas keseharian dalam rangka beribadah kepada Allah. Baik aktivitas di tempat kerja, di rumah, dan dalam lingkungan keseharian. Saya ingin menjadi dosen yang baik, yang bisa memberikan ilmu yang tidak seberapa ini kepada mahasiswa sehingga mereka bisa mengambil manfaat daripadanya, dan tentu saja saya harus selalu meng-up date pengetahuan yang saya miliki. Saya ingin mewujudkan keinginan orang tua sebagai bakti pada mereka berdua atas segala kasih sayang yang telah mereka berikan. Dan saya ingin bisa memberikan manfaat kepada orang lain serta menjadikan rumah tangga yang insyaAllah kelak saya bangun sebagai sarana beribadah kepada Allah.
Jadi, memang belum terlambat kan bagi kita untuk memulainya?
Anisa Kuffa
KATA BIJAK HARI INI
The manners of women are the surest criterion by which to determine whether a republican government is practicable in a nation or not.
John Quincy Adams (1767-1848) |
Quote of the Day
provided by The Free Library
03 June 2007
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment