KATA BIJAK HARI INI

10 February 2009

Rinitis

Definisi
Rinitis adalah reaksi pada mata, hidung, dan tenggorokan akibat iritan dari udara bebas (alergen) yang memicu pengeluaran histamin. Histamin menyebabkan inflamasi dan produksi sekret pada hidung, sinus, dan mata.6,4

Etiologi
Beberapa hal yang pada umumnya menjadi penyebab rinitis antara lain:4,5
• Reaksi makanan
• Emosional
• Pekerjaan
• Hormon
• Kelainan anatomi
• Penyakit imunodefisiensi
• Interaksi dengan hewan



Insiden dan Epidemiologi
Rinitis tersebar di seluruh dunia, baik bersifat endemis maupun muncul sebagai KLB. Di daerah beriklim sedang, insidensi penyakit ini meningkat di musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Di daerah tropis, insidensi penyakit tinggi pada musim hujan. Sebagian besar orang, kecuali mereka yang tinggal di daerah dengan jumlah penduduk sedikit dan terisolasi, bisa terserang satu hingga 6 kali setiap tahunnya. Insidensi penyakit tinggi pada anak-anak di bawah 5 tahun dan akan menurun secara bertahap sesuai dengan bertambahnya umur.7
Rinitis merupakan salah satu penyakit paling umum yang terdapat di amerika Serikat, mempengaruhi lebih dari 50 juta orang. Keadaan ini sering berhubungan dengan kelainan pernapasan lainnya, seperti asma. Rhinitis memberikan pengaruh yang signifikan pada kualitas hidup. Pada beberapa kasus, dapat menyebabkan kondisi lainnya seperti masalah pada sinus, masalah pada telinga, gangguan tidur, dan gangguan untuk belajar. Pada pasien dengan asma, rinitis yg tidak terkontrol dapat memperburuk kondisi asmanya.8

Tipe Rinitis
Rinitis dibagi atas 2 kategori, yaitu:6,7,8
• Rinitis Alergi
• Rinitis Non Alergi
Rinitis Alergi
Rinitis alergi merupakan penyakit saluran nafas yang sering dijumpai pada
anak disamping asma dan sinusitis. Sekitar 40 % anak pernah mengalami rinitis alergi sampai usianya 6 tahun. Rinitis alergi merupakan penyakit yang didasari oleh proses inflamasi. Terdapat hubungan yang erat antara saluran napas atas dan bawah.9
Hubungan antara rinitis-sinusitis-asma telah lama diketahui sehingga dalam penanganannnya pun selalu dikaitkan antara ketiganya. Pada pasien asma sering sekali timbul gejala rinitis seperti pilek (keluarnya cairan dari hidung), gatal, kadang-kadang tersumbat, dan terasa panas pada hidung.9
Beberapa peneliti berpendapat bahwa diagnosis rinitis alergika masih sering misdiagnosis sehingga berdampak pada mismanajemen. Penanganan yang baik pada rinitis alergi akan menurunkan gejala pada sinusitis dan asma.9
Dua tipe rinitis alergi yaitu:6,9
• Musiman
Di Indonesia tidak dikenal rinitis alergi musiman, hanya ada di
negara yang mempunyai 4 musim. Alergen penyebabnya spesifik, yaitu tepungsari (pollen) dan spora jamur. Oleh karena itu nama yang tepat ialah polinosis atau rino konjungtivitis karena gejala klinik yang tampak ialah gejala pada hidung dan mata (mata merah, gatal disertai lakrimasi).10
Penyakit ini timbulnya periodik, sesuai dengan musim, pada waktu terdapat konsentrasi alergen terbanyak di udara. Dapat mengenai semua golongan umur dan biasanya mulai timbulnya pada anak-anak dan dewasa muda. Berat ringannya gejala penyakit bervariasi dari tahun ke tahun, tergantung pada banyaknya alergen di udara. Faktor herediter pada penyakit ini sangat berperan.10
• Perenial
Gejala pada penyakit ini timbul intermitten atau terus-menerus,
tanpa variasi musim, jadi dapat ditemukan sepanjang tahun. Penyebab
yang paling sering ialah alergen inhalan. Alergen inhalan utama adalah dalam rumah (indoor) dan alergen di luar rumah (outdoor). Alergen inhalan dalam rumah terdapat di kasur kapuk, tutup tempat tidur, selimut, karpet, dapur, tumpukan baju dan buku-buku, serta sofa. Komponen alergennya terutama berasal dari serpihan kulit dan fases tungau D. Pteronyssinus, D. Farinae dan Blomia tropicalis, kecoa, dan bulu binatang peliharaan (anjing, kucing, burung). Alergen inhalan di luar rumah berupa polen dan jamur. Alergen ingestan sering merupakan penyebab pada anak-anak dan biasanya disertai dengan gejala alergi yang lain, seperti urtikaria, gangguan pencernaan. Gangguan fisiologik pada golongan perenial lebih ringan dibandingkan dengan golongan musiman tetapi karena lebih persisten maka komplikasinya lebih sering ditemukan.10
Rinitis Non Alergi
Beberapa orang yang terkena rinitis tidak memiliki alergi. Rinitis Non Alergi sering pada orang dewasa dan menyebabkan gejala bertahun-tahun seperti pilek dan hidung tersumbat. Masalah ini tidak digolongkan rinitis alergi karena tidak adanya sistem imun yang terkait. Proses terjadinya rinitis non alergi ini belum banyak diketahui.8,9
Beberapa orang yang menderita rinitis non alergi mengalami inflamasi pada daerah hidung dan sinusnya. Pada beberapa kasus seperti ini yang sudah parah, ditemukan adanya polip yang tumbuh dari membran mukosa dan menghambat udara mengalir keluar masuk hidung. Pasien dengan kasus seperti ini juga sering kehilangan sensasi penciumannya. Bentuk lain dari rinitis non alergi ini, adalah ditemukannya sedikit inflamasi pada hidung dan gejala dipicu oleh aroma yang kuat, polusi, asap, dan iritan lainnya. 8,10

Gejala klinis
Rinitis merupakan peradangan pada mukosa hidung. Gejala klinis yang sering terjadi berupa peningkatan produksi mukus pada hidung, sumbatan hidung, bersin, mata berair, dan gatal pada hidung dan sekitar mata.11,3,4

Diagnosis
Untuk mendiagnosis suatu rinitis diperlukan informasi perjalanan penyakit maupun pemeriksaan fisik. Tes diagnosis yang umumnya dilakukan adalah tes untuk rinitis alergi yaitu percutaneous skin test dan tes alergen spesifik antibodi imunoglobulin E (Ig E). Pemeriksaan yang jarang dilakukan seperti tes provokasi hidung, sitologi hidung, nasolaringoskopi, dan intradermal skin test.11

Pengobatan
Pengobatan rinitis antara lain menggunakan:4,5,6
• Pil dan semprotan antihistamin
• Leukotriene antagonis
• Semprotan kortikosteroid
• Pil dan semprotan dekongestan
• Imunoterapi alergen
• Pembedahan dilakukan untuk obstruksi hidung pada rinitis perenial.



DAFTAR PUSTAKA


1. Anonim. Pedoman Sipensimaru. [online] 2008 [citied 2008 Okt 23]. Available from: www.pusdiknakes.or.id

2. Anonim. Indikator Indonesia Sehat 2010. [online] 2003 [citied 2008 Okt 23]. Available from: www.bankdata.depkes.go.id

3. Fletcher RH. . Rhinitis. [online] 2008 [citied 2008 Okt 23]. Available from: www.uptodate.com

4. Anonim. Rhinitis. [online] 2008 [citied 2008 Okt 23]. Available from: www.en.wikipedia.org

5. Hilger, PA. Penyakit Hidung . In: Adams, GL; Boies, LR; Higler, PA., et al, editors. BOIES Buku Ajar Penyakit THT. 6th ed. Jakarta: Penerbit Buku kedokteran EGC; 1997.

6. Anonim. Rhinitis. [online] 2008 [citied 2008 Okt 23]. Available from: www.nasal.net.

7. Anonim. Manual Pemberantasan Penyakit Menular. [online] 2005 [citied 2008 Okt 23]. Available from: www.pppl.depkes.go.id


8. Anonim. Rhinitis. [online] 2007 [citied 2008 Okt 23]. Available from: www.aaaa.org.id

9. Anonim. Rinitis Alergika dan Asma. [online] 2007 [citied 2008 Okt 23]. Available from: www.cpddokter.com

10. Irawati, N; Kasakeyan, E; Rusmono, N. Alergi Hidung . In: Soepardi, EA; Iskandar, N., et al, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher. 5th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2004.

11. Quillen, DM; Feller DB. Diagnosing Rhinitis: Allergic vs Nonallergic. [online] 2006 [citied 2008 Okt 23]. Available from: www.aafp.org