Berbicara tentang inspirasi, maka kita berbicara tentang sesuatu yang darinya dapat kita petik pelajaran untuk melakukan sesuatu dalam hidup ini. Setiap orang tentulah pernah mendapatkan inspirasi selama dia hidup entah dari mana. Ada yang terinspirasi dari orang lain, dari suatu kejadian, ataupun bahkan dari pengalamannya sendiri.
Namun kalau ditanya tentang sosok paling inspiratif, jawabannya jelas, seorang pemuda dari Arab yang hidup ratusan tahun lalu, Muhammad SAW. Kehadirannya disambut dengan penuh suka cita. Bunga-bunga merekah, bebatuan luluh, dan hewan menari kegirangan, sedang Tuhan dan malaikat mengucap salam atas kehadiran insan mulia tersebut.
Untuk sekarang ini, masihkah kita akan menemukan prilaku terpuji seperti yang beliau tunjukkan? Saya pribadi menjawab iya, walaupun tentunya tidak sesempurna yang beliau pernah lakukan. Di sekeliling kita masih banyak orang yang selalu berbuat kebajikan walaupun sifatnya mungkin tidak konsisten, kadang-kadang baik, kadang-kadang tidak.
Minggu lalu, saat sedang melewati sebuah jalan, saya memperhatikan tingkah laku seorang wanita berjilbab yang mengendarai motor dan tiba-tiba berhenti. Ia lalu menuju ke tengah jalan dan mengambil seekor anak kucing yang ternyata dari tadi ada di sana. Dia mencoba untuk menyelamatkan kucing yang mungkin saja akan tertabrak jika dia tidak mengambilnya. Melihat kejadian tersebut, saya teringat kejadian waktu saya masih kecil dulu. Saat itu, saya baru saja pulang dari mengaji di masjid yang berjarak beberapa ratus meter dari rumah. Di tengah jalan, saya melihat seekor anak ayam yg terjebak di selokan. Tanpa banyak berpikir, saya turun ke selokan tersebut untuk mengambil anak ayam tersebut. Alasannya simpel, saya tidak mau anak ayam itu mati. Sebuah tindakan dengan niat tulus yang mungkin saja sekarang belum tentu saya lakukan.
Kita perlu belajar dari anak-anak mengenai ketulusan. Mereka tidak perlu banyak alasan untuk menolong. Tidak pernah memikirkan apa yang akan dia dapatkan jika menolong orang lain. Sebuah ketulusan yang datang dari kepolosan. Banyak contoh yang kita bisa dapatkan, termasuk untuk masalah perasaan. Kadangkala kita menertawakan anak-anak yang menyukai temannya padahal mereka belum mengerti apa-apa. Lebih kita kenal dengan sebutan “cinta monyet”. Namun apakah itu salah? Malah cinta sejatinya memang seperti itu, sebuah perasaan tulus kepada orang lain tanpa memikirkan apakah dia memiliki perasaan yang sama atau tidak. Rasa suka yang muncul tanpa melihat latar belakangnya, apa pekerjaannya, cantik tampannya dia, dan banyak alasan lain yang kadangkala menjadi syarat orang dewasa menyukai orang lain. Ternyata anak-anak kadangkala lebih dewasa dari orang-orang yang menyebut diri mereka dewasa.
Beberapa hari yang lalu saat datang ke rumah sakit jiwa RS Dadi untuk urusan koass, perhatianku dicuri oleh sebuah kejadian mengharukan. Saat itu pagi hari dan matahari bersinar begitu teriknya. Seorang ibu dengan berjalan kaki datang membawa kantongan yang berisi makanan dan minuman. Ternyata ia datang menjenguk anaknya yang dirawat di rumah sakit tersebut. Anaknya yang daritadi berkeliaran tanpa tujuan lalu menuju ke ibunya begitu ia dipanggil. Ibunya lalu mengajaknya bersembunyi di belakang sebuah mobil yang diparkir agar tidak dilihat oleh pasien lain begitu ia memberikan makanan kepada anaknya. Seperti itulah di rumah sakit jiwa, pasien-pasien akan berkerumun jika melihat ada makanan yang dibagi. Saat anaknya makan, ibu tersebut tersenyum bahagia melihat anaknya yang makan dengan lahap, padahal keringat membasahi wajahnya yang terlihat kecapaian akibat berjalan di bawah terik matahari. Melihat pandangannya, tampak tatapan seorang ibu yang sangat menyayangi anaknya walaupun anaknya tersebut tidak seperti orang kebanyakan. Mataku pastilah berkaca-kaca melihat pemandangan yang mengharukan tersebut. Dari kejadian ini, saya belajar bagaimana tentang kecintaan orang tua kepada anaknya. Mereka tidak peduli meski harus berkorban demi kebahagiaan anak mereka.
Sekeliling kita tentunya masih ada orang-orang dengan kebaikan yang bisa menjadi inspirasi kita. Hanya saja bagaimana kita membuka mata hati kita untuk melihat dengan jelas setiap makna dari apa yang terjadi. Mengenai siapa yang menginspirasi dibuatnya tulisan ini, tidaklah perlu kusebutkan namanya di sini.. Terima kasih! =)
KATA BIJAK HARI INI
The manners of women are the surest criterion by which to determine whether a republican government is practicable in a nation or not.
John Quincy Adams (1767-1848) |
Quote of the Day
provided by The Free Library
03 April 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
4 comments:
so nice,kak.
always look for some inspirations:) for a better life:)
Like this notes.. :)
bagus kak :)
Camry Mobil Hybrid Terbaik Indonesia |
Singgasana Hotels & Resorts pilihan akomodasi terbaik di Indonesia |
ASUS ZenFone Smartphone Android Terbaik |
Post a Comment