KATA BIJAK HARI INI

09 April 2009

SEMANGAT PROFESIONALISME SEBAGAI SPIRIT BARU DALAM MEMBANGUN BANGSA

Siang itu matahari begitu teriknya, membuat keringat membasahi dahiku. Saat itu aku dan seorang kawan sedang berdiri menatap papan kantor lurah yang tulisannya pun sudah tidak jelas lagi. Terdengar bunyi mesin ketik yang seperti berkejar-kejaran menandakan kesibukan di dalam sana. Kedatanganku hari itu adalah untuk menemui pak lurah, membicarakan kegiatan bakti sosial yang aku dan kawan-kawanku rencanakan di daerah sana. Daerah tersebut memang merupakan daerah binaan organisasiku, yang merupakan organisasi mahasiswa di bidang kesehatan. Daerah tersebut kami pilih karena selain kumuh, akses pelayanan kesehatannya juga masih kurang.

Saat masuk ruang penerimaan tamu, kuperhatikan kondisinya yang berantakan, penuh dengan kotak yang akan digunakan untuk pemilu nantinya. Melihat sekeliling, aku menemukan salah seorang pegawai yang kukenali. Saat aku menanyakan apakah pak lurah ada atau tidak, seorang wanita tiba-tiba menjawab bahwa beliau tidak ada. Ia lalu menanyakan maksud kedatanganku. Saat kuperhatikan, ternyata sumber suara tersebut adalah ibu lurah yang sudah pernah kulihat sebelumnya. Begitu kujelaskan maksud kedatanganku, ia lalu menyuruhku datang lain waktu saja. Ia menjelaskan bahwa saat ini semua sedang sibuk untuk mengurus Pemilu Legislatif yang sebentar lagi akan dilaksanakan, lagipula kegiatan yang akan kulaksanakan nantinya tidak menghasilkan uang. Jujur saja pernyataannya tersebut membuatku menjadi kurang nyaman, padahal kami datang untuk menawarkan bantuan tanpa pamrih sedikit pun.
Aku menjadi teringat saat minggu lalu mengadakan pendataan di daerah sana. Saat itu, aku menyempatkan diri untuk bergabung dengan beberapa orang yang sedang duduk berbincang-bincang. Pembicaraan kami diwarnai dengan masalah pemilu yang nantinya akan dilaksanakan. Mulai dari tentang caleg-caleg yang ada, sampai masalah pemilihan presiden nantinya. Mereka pun menceritakan bagaimana mereka berpartisipasi saat masa kampanye, dimana sangat tergantung dengan seberapa besar uang bensin yang mereka terima. Beginilah potret masyarakat Indonesia pada umumnya. Namun apakah ini salah mereka?
Sebuah negara selain terdiri dari penduduk, juga memiliki sistem yang mengatur kehidupan warganya. Tubuh manusia pun seperti itu, dimana tersusun dari sel-sel dan sistem yang mengaturnya. Saat sel-sel yang ada tersebut tidak berada dalam kondisi seharusnya, maka tubuh ini pun akan sakit. Misalnya pada penderita diabetes dimana terjadi gangguan sel sehingga tidak dapat menyerap gula yang terdapat di dalam darah, sehingga kadar gula dalam darah meningkat. Seringkali kita akan menyalahkan kondisi sel-sel tersebut tanpa melihat bahwa kondisi ini diperparah oleh pola hidup si penderita. Gaya hidup yang tidak sehat, menjadikan tubuh penderita semakin sakit.
Belajar dari tubuh kita sendiri, ternyata pola hidup yang ada sangat berperan dalam kesehatan tubuh. Begitupula dengan bangsa kita tercinta ini. Masyarakat yang berlaku tidak sesuai dengan gambaran ideal, tidak haruslah lansung disalahkan. Sangat perlu dilihat bagaimana dengan sistem yang berlaku. Misalnya saja sistem demokrasi yang berlaku di negara kita, apakah memang sudah mencerdaskan masyarakat. Demokrasi hanya dipahami sebatas partisipasi dalam pemilu, bukan bagaimana perjuangan atas kedaulatan rakyat. Tidak ada pendidikan politik yang berjalan, sehingga yang ada hanyalah pemahaman masyarakat yang bersifat superficial. Proses pemilu yang ada bukan lagi menjadi alat penegakan demokrasi, tetapi telah menjadi sebuah tujuan yang oleh banyak orang malah dijadikan sebagai alat pemenuhan obsesi pribadi.
Kondisi bangsa yang carut marut ini memerlukan solusi yang bisa membawa kearah yang lebih baik. Perlu ada spirit baru yang mengawal pembangunan nasional yang ingin dicapai. Politik tidaklah bisa menjadi satu-satunya jalan menuju ke Indonesia yang lebih baik. Selama guru, petani, nelayan, dokter, dan yang lainnya lebih asyik membicarakan masalah politik dibandingkan meningkatkan produktivitas mereka, maka negara kita ini akan terus terpuruk. Semangat profesinalisme harus menjadi spirit baru pembangunan bangsa ini. Negara-negara maju telah mempraktekkan ini dari jauh hari. Etos kerja yang katanya menjadi ciri masyarakat Indonesia, ternyata tidak sesuai dengan realitas yang ada. Namun, hal ini tidak boleh dipahami dengan sempit bahwa orang-orang di luar politikus harus menjadi apati dengan masalah politik karena akan tetap dibutuhkan orang-orang yang ahli di tiap bidang dalam menggagas kebijakan seputar bidangnya tersebut. Kupikir, sekaranglah waktunya kita hapus air mata ibu pertiwi yang sebentar lagi kering karena telah lama menangis…

4 comments:

budhi said...

Pertamax..nich
Mas Nih Ada Info Bisnisn Unik dan Kreatif Karya Pakar IT.Silahkan Cermati Sistemnya yang Simple dan Terbuka...Dan Mari Saling Berbagi Selagi Masih Muda Kita Tata Masa Depan Yang Lebih Baik
Salam Sukses....

Ariesvio said...

Nice Post n Blog
Selamat Berjuang Bangsaku

attonk said...

Cak, emang susah kalo harus membenturkan antara idealisme dan fakta yang terjadi.
Keep blogging cak !!
http://attonk.blogspot.com

Nadia Tiara Putri said...

baguss ..
hehe ..
smangat buat berjuang untuk bangsa :)